Suradi Sutarjo : Urgensi Ilmu Syariah Bagi Seorang Da’i

Penulis : Suradi Sutarjo, BA.

Menurut Syeh Abdullah Thalib Seorang dari Riyadh, Arab Saudi dalam ceramahya di Pesantren Darul Istiqomah Pusat Maccopa, Maros, Sulawesi Selatan. Pada tanggal 5-15 Sya’ban 1414 H/17-27 Januari 1994 M di Kursus Muballigh/Muballighat Angkatan IX, seorang da’I didalam kepribadiannya harus dilengkapi dengan ilmu pengetahuan, agar pekerjaannya dapat mencapai hasil yang efektif dan efesien, pengetahuan seorang da’I meliputi pengetahuan yang berhubungan dengan materi dakwah yang disampaikan dari ilmu-ilmu yang erat hubungannya dengan teknik-teknik dakwah.

Sumber-sumber materi dakwah adalah Al-Qur’an dan Al-Hadist serta Rakyu Ulama (Opini atau hasil pemikiran dan penelitian para ulama, penemuan baru yang tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Al Hadist)

PEMBAHASAN

Uraian singkat ini saya bagi atas 4 bagian, yaitu :

1. Ilmu dalam pandangan Al-Qur’an.

Kalau kita renungkan, bahwa ilmu yang terkandung didalam Al Qur’an itu adalah ilmu syariah.Dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat menggambarkan pentingnya ilmu.

(Q.S. Az Zumar Ayat : 9) Katakanlah:”Adalah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” sesungguhnya orang yang berakalah yang dapat menerima pelajaran.

(Q. S. Al Mujadalah : 11). “Niscaya Allah akan meninggikan orang- orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Disebut pula dalam Al-Quran Surat Al-An’am, bahwa Anjing yang berilmu (dilatih untuk berburu), tangkapannya halal untuk dimakan, sedangkan tangkapan anjing liar haram.

Membangun tauhid pun harus dengan ilmu pengetahuan : “Maka ketahuilah, bahwasanya tiada Tuhan selain Allah”

Seorang Faqih (seorang pakar syariah) lebih ditakuti oleh syetan dari pada 1000 orang bodoh.

Salah satu misi yang diemban Rasulullah Saw adalah sebagai muallim (pengajar ilmu pengetahuan) : (1). Membacakan ayat-ayat. (2). Perintah untuk mensucikan diri mereka. (3). Mengajarkan ilmu Hikmah.

2. Perhatian Sunnah Terhadap Ilmu Pengetahuan.

– “Siapa yang dikehendaki Allah untuk memperoleh kebaikan, maka Allah memberikan ketagihan kepadanya.”(Hadits).

– Orang yang menganjarkan ilmu pengetahuan, maka ikan-ikan di airpun turut mendoakan kepada orang tersebut.

– Para malaikat merendahkan sayapnya, karena ridla terhadap orang yang sedang menuntut ilmu.

3. Perhatian Para Ulama/Sahabat/Tabiin/Ahli Salaf terhadap ilmu syariah.

Muaz Bin Jabbal, dalam keadaan sakaratil maut, masih sempat bermunajat kepada Allah swt : “saya tak suka menanam pepohonan yang tinggi atau membuat bangunan-bangunan yang megah. Yang saya cintai adalah 3 hal :  (1). Bergaul dengan para ulama dalam majelis taklim. (2). Di muka (wajah) saya ada bekas sujud kepada Allah. (3). Melakukan puasa dalam kondisi sesulit apapun.

Jabir Bin Abdillah pernah menempuh perjalan panjang, dua bulan jalan kaki dari madinah ke mesir pergi-pulang, hanya untuk mendengarkan sebuah Hadits yang belum pernah didengarnya.

Said Ibnu Musayyid pernah melakukan perjalanan 3 hari untuk mendengarkan sebuah hadits. -Imam Ahmad di Bagdad dalam mengumpulkan hadits, banyak kali melakukan perjalanan, kalau dijumlahkan sudah ada lebih-kurang 40.000 Km sama dengan keliling bumi satu kali.

Bagi Ibnu Rusydi dari Andalusia menemui imam Abdul Razak di Bagdad, ingin menuntut ilmu, hanya ditempuh dengan berjalan kaki (dengan pesawat terbang -+ 10 Jam). Imam Abdul Razak ketika itu sedang ditahan di penjara. Dia menemui Imam Abdul Razak di penjara. Supaya dapat belajar tiap hari selama beliau ditahan, Bagi Ibnu Rusydi rela menyamar sebagai orang pemintaminta yang datang setiap pagi dan hal ini dilakukan lama sekali sampai beliau dibebaskan.

4. Tanggung Jawab Da’i Terhadap Ilmu Syariah.

Tanggung jawab da’i terhadap ilmu syariah yaitu a. Ikhlas hanya mencari Ridla Allah, bukan karena motivasi keduniaan, b.  Mengamalkannya, c. Mengajarkannya pada orang lain.

Hal-hal yang perlu di perhatikan oleh seorang da’i adalah : 1. Mendahulukan menuntut ilmu sebelum melakukan tugas dakwah. 2. Dengan semangat berapi-api saja belum cukup, karena setiap yang dilakukan harus dengan dalil, supaya kuat. 3. Kita harus senantiasa mendekati para ulama dan memperbanyak kajian, tapi harus ada selektivitas.

Penutup

Demikianlah uraian singkat ini saya sudahi. Sebagaimana halnya tiap-tiap karya yang diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat,. semoga tulisan ini dapat memenuhi atau mendekati apa yang Semoga & dapat bermanfaat bagi yang membacanya dan diberkahi oleh Allah Swt.diharapkan. Jazakumullahu Khairan Katsiran.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.